Minggu, 14 Juli 2013

Tertarik Ke Korea Utara?

Special Thanks mbak Prakasita Nindyaswari

Dua bulan yang lalu, saya membaca notes seorang teman saya di facebook, tentang pengalaman Joko Anwar waktu berkunjung ke Korea Utara. Ketika saya membacanya, ya ampun saya betul-betul bersyukur sekali tinggal di Indonesia. Meskipun Indonesia bukan Negara yang super maju, tetapi setidaknya kita semua yang tinggal di Indonesia masih jauh-jauh lebih beruntung ketimbang orang yang tinggal di Korea Utara. Untuk mendapat gambaran, bisa dilihat dulu tentang pengalaman Joko Anwar selama berada di Korea Utara (dikutip dari twitter @jokoanwar).
1. Tahun 2004, gue diminta @tehniadinata @bundashamara wakili film Arisan! yg diundang ke Pyongyang Int’l Film Festival.
2. Agak aneh emang, Korea Utara, negara yg sgt reklusif punya festival film. Diselenggarakan tahunan sejak 1990.
3. Gue ke Pyongyang bareng @erwinarnada yg produserin film ‘30 Hari Mencari Cinta’ bikinan @upirocks yg juga diundang ke sana.
4. Pas mendarat di bandara Pyongyang, pas pintu pesawat dibuka, langsung masuk beberapa laki2 kurus pakaian kayak jas lab..
5. .. tapi jas lab yg kumel. “Paper! Paper!” Mereka meriksa paspor. Serasa mau diperiksa Dr. Giggles.
6. Apalagi di pesawatnya, pembatas antar segmen di kabin pake gorden lusuh bunga-bunga mirip punya ibu gue dulu di kampung.
7. Di bandara, imigrasinya mirip puskesmas balai desa, petugas imigrasinya gak keliatan krn dibalik gorden juga.
8. Masuk Pyongyang, pada saat itu, nggak bole bawa henpon. Jadi henponnya dititipin di bandara.
9. Trus, gue sama @erwinarnada dijemput panitia ke hotel. Sepanjang jalan, banyak bangunan 1/2 jadi yg berhenti dibangun.
10. Kalo bosen ama macet, ke Pyongyang aja. Mobil per menit bisa dihitung pake jari. Orang2 jalan dari rumah ke tempat kerja.
11. Di jalanan, semua orang pake pin dibaju. Bergambar Kim Jong-Il. Kurus2, gak ada yg chubby. Yg suka chubby2 jgn ke sana.
12. Ngeliat Pyongyang, kayak liat Jakarta di film Indonesia tahun 70-an. Bangunannya, feel-nya.
13. Sampe di hotel, feel-nya masih jadul abis. Di kamar hotel ada tipi 14 inci yg masih pake salon kayak tipi keluarga gue pertama.
14. Siaran tipi mulai jam 6 sore, ibu2 gendut nyanyi seriosa. Terus dipenuhi berita Kim Jong-Il jenguk rakyat. Jam 9pm abis.
15. Gue dan @erwinarnada laper. Makan di restoran hotel, cuman ada ikan kecil kukus dan kimchi sejumput. Rasanya? Ya ampyun.
16. Kita minta ‘fried rice’, mereka ngertinya ‘flied lice’. Pas dateng, nasi goreng sepiring kecil buat alas cangkir. Dingin.
17. Harganya? Mereka main tembak. Gak mau terima dolar Amerika atau duit lokal. 20 Euro per piring! @erwinarnada yg bayar. Haha
18. Waktu gue ke sana, nggak ada telpon. Radio dan TV ya cuman satu channel itu. Jadi mereka bener2 buta sama dunia luar.
19. Rakyatnya merasa manusia paling beruntung di dunia, di bawah ‘lindungan’ Kim Jong-Il. Bokapnya, udah kayak tuhan di sini.
20. Makanya, it’s true bahwa ‘information sets you free’. Jadi mentri informasi seharusnya mentri yg sets you free. Kyaaaa..
21. Malemnya, kita dibawa sama orang dari perwakilan Indonesia di Pyongyang. Cari makan yg bener.
22. Sebagian besar kedutaan besar negara2 untuk Korut ada di Beijing, bukan di Pyongyang. Di Pyongyang cuman perwakilan aja.
23. Si Bapak orang Indonesia ini bawa kita naek mobil. Lampu jalanan, nggak ada yg hidup. Jam 9 malem, semua listrik dimatiin.
24. Katanya, makanya pas musim dingin banyak yg meninggal.
25. Sebagian besar rakyat kerja di pabrik, atau jadi petani. Mereka jam 11 malem juga masih jalan kaki pulang, termasuk perempuan.
26. Gue: ‘Aduh, perempuan gelap2 jalan gak takut diperkosa, Pak?’ Bapak Indonesia: ‘Mana ada energi, mas, buat merkosa.’
27. Si Bapak perwakilan Indonesia terus matiin lampu mobil. Nunjukin bahwa it’s pitch black.
28. Kalo malem, yg disinari lampu cuman patung Kim Il Sung dan patung Kim Jong Il.
29. Di restoran, lampu mati. Kirain tutup. Pas kami masuk baru lampu dinyalain.
30. Terus saya dan @erwinarnada dibawa ke sebuah kompleks, tempat keluarga perwakilan negara2 tinggal.
31. Baru kerasa ada kehidupan dikit. Mereka punya satu rumah yg diisi meja bilyar dan DVD player. Biar nggak gila, kata mereka.
32. Besoknya, Arisan! dan 30 Hari Mencari Cinta diputer. Reaksi penonton Pyongyang bikin kami mangap.
33. Mereka kan taunya Jakarta sister city-nya Pyongyang. Pas liat di layar ada kafe2, mereka semua “Waaaa…” Kasian. Pengen meluk.
34. Di festival itu, kebanyakan muter film Korut. Temanya sama semua. Kalo gak kepahlawanan Kim Jong Il, ya ttg bapaknya.
35. Terus, di festival itu juga acara games. Apa aja games-nya? Hahahaha…
36. Games-nya: lomba lari sambil mukul-mukul balon supaya balonnya gak jatoh. Mereka teriak2 lompat senang. Gue melongo.
37. Di Korea Utara, dari kecil di sekolahan, anak2 disuruh ‘ayo minta pensil sama Tuhan’. Tentu aja gak ada yg kasih…
38. Trus disuruh bilang ‘Our leader Kim Jong Il, minta pensil’ trus gurunya kasih pensil. ‘Nah, baikan Kim Jong Il ketimbang tuhan kan?’
39. Abis itu, kami diajak ke International Friendship Museum, tempat semua suvenir pemberian pemimpin2 dunia dikumpulin.
40. Di gedung raksasa itu, dari mulai bola golf sampai pesawat (!), ada disimpen on display.
41. Trus kami juga ke patung Kim Il Sung. Banyak pasangan baru nikah minta restu. Gak ada gereja, mesjid, penghulu. Ke patung ajah :)
42. Trus gimana dengan clubs, mall, atau tempat dugem lainnya? Ada nggak ya? Pengen tau? Hahahaha…
43. Balik ke hotel, gue bilang sama chaperone gue, kalo gue perlu ke toko beli suvenir dan odol.
44. Chaperone gue si mahasiswi yg bangga banget sama Kim Jong il trus pulang dulu. Mandi dan ganti baju katanya..
45. Pas balik ketemu gue lagi, bajunya udah bagus, pake sepatu putih. ‘Kok rapi amat?’ gue tanya. ‘We’re going to shop, right?’
46. Karena dia rapi bgt, gue kira kita bakal ke tempat yg mewah gimana gitu… ternyata…
47. Salah satu toko yg paling bagus di Pyongyang itu mirip toko di Mayestik. Suvenir? Cuman boneka2 yg lebih nyeremin ketimbang lucu.
48. Empat hari di Pyongyang, serasa masuk ke time machine, mundur 30 tahun. Negara komunis virgin terakhir.
49. Jadi mikir, keberuntungan orang cuman masalah geografi. Elo lahir di mana.
50. Is life fair? Of course not. Tapi kalo elo ngerasa life is not fair to you, think about people in North Korea.
51. Pulangnya, gue ngasih novel bahasa Inggris bekas ke mahasiswi chaperone gue. Dia ngerasa dikasih mobil senengnya
52. Dan gue nggak akan pernah lupa kunjungan gue ke Pyongyang. It makes me want to appreciate my life more.
53. And remember, information will set you free. Sekian dan terima kasih udah mantengin timeline gue. :)
Sudah baca kan? Lalu apa yang ada di pikiran kalian setelah membaca itu? Pertama yang ada di benak saya adalah, gila! Beda banget antara Korea Utara dan Korea Selatan. Korea Selatan sudah mulai banyak berkembang, mereka sangat terbuka, bahkan Korea Selatan sudah mulai banyak dikenali dan disegani saat ini. Korea Utara? Beda jauh. Bersyukurlah kita semua bisa menikmati musik dari Negara manapun sepuasnya, bersyukurlah kita bisa menonton film holywood, bersyukurlah kita saat ini kita bisa bebas beropini seperti yang kita lakukan sekarang di kompasiana. Akses internet benar-benar tidak ada. Mungkin yang bisa bebas internetan cuman Kim Jong-un saja (anak Kim Jong Il yang menggantikan posisi alm. Ayahnya). Haha. Kasihan ya. Perasaan waktu kita hidup di jaman pemerintahan Soeharto, enggak begitu-begitu amat ah ya. Haha.
Korea Utara memang betul-betul Negara yang sangat tertutup, bahkan paling tertutup sedunia kali ya. Kematian Kim Jong Il saja baru tersebar dua hari setelah beliau meninggal. Sedangkan di Indonesia, kematian Ade Namnung beberapa waktu yang lalu saja dalam hitungan detik bisa langsung tersebar luas. Korea Selatan adalah Negara yang betul-betul bergantung pada kekuatan diri sendiri. Disana enggak aka nada perusahaan multinasional, karena perekonomian betul-betul 100% ditangani oleh pemerintah. Yang lucunya, Kim Jong-un (pengganti Kim Jong Il) adalah sosok yang masih bisa dibilang misterius lho. Tanggal lahirnya saja masih belum tahu. Ada beberapa media yang menuliskan tanggal dan tahun lahir Kim Jong-un, tapi beda-beda. Ampun deh. Status pernikahannya saja tidak ada yang tahu. Korea Utara juga tidak banyak menjalin hubungan dengan Negara lain. Saya lupa Negara apa saja, tetapi salah satu yang saya tau adalah Rusia. Kayaknya hanya lima negara deh kurang lebih.
Yang saya baru tahu adalah, ternyata setelah kematian Kim Jong Il, masyarakat sempat tidak diperbolehkan menggunakan ponsel selama 100 hari. Katanya sih karena pemerintah Korea Utara takut mengalami pemberontakan kepada rezim yang berkuasa seperti yang sudah dialami oleh Mesir dan Libya. Mereka berpikir bahwa masyrakat bisa saja bersatu untuk melawan rezim penguasa melalui media ponsel. Yang melanggar peraturan tersebut akan mendapatkan hukuman. Ya ampun. Saya jadi ingin kesana, merasakan kehidupan yang katanya terisolasi. Ada yang mau ikut? Hehe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar