Senin, 03 Maret 2014

Athena Project | Chapter 1 | Mission Start!

Prologue

   7 April 2043, Jepang menyelesaikan proyek rahasia bernama Athena. Program ini bisa memanipulasi satelit, melihat melalui seluruh CCTV yang ada di Jepang, berpindah melalui internet, bahkan mengendalikan drone, dan masih banyak lagi. Dengan Athena, kami berharap agar Jepang bisa lebih aman, karena kami tahu dia lebih baik dibanding Polisi.

  Tapi, kami melakukan kesalahan fatal. Dia terlalu pintar untuk sebuah mesin. Dia mengkhianati kami. Dia membuat banyak dari kami tewas. Orang-orang yang terlibat dalam pengembangannya banyak dibunuh, sisanya menghilang.

  Satu-satunya cara membunuhnya adalah dengan menghancurkan super computernya.

Masalah utamanya adalah, KAMI TAK TAHU DIMANA LETAKNYA...

Chapter 1: Start!

Jumat, 4 April 2045

[20:05]

"Miku, apa kau sudah di posisi?"

"Ya, Hayato." Balasku


"Pastikan dia tertembak dalam waktu 5 menit."

"Akan kulakukan!"

Dari atas gedung, aku melihat 3 orang memburu 1 orang, 3 orang itu adalah temanku dan 1 lagi adalah incaranku. Aku terus membidiknya dengan sniperku. Dia sangat gesit dan cepat, ini seperti mencoba memukul lalat yang sedang terbang, sangat sulit. Dia seperti sudah menyadari keberadaanku. Aku mendapat peluang, aku menarik pelatuk sniperku, dan...

CRRZZZZZ!

"APA?!" Dia menghindari seranganku, padahal kecepatan tembakan tadi 400 m/s.

"Apa yang kau lakukan? Tetap fokus, Miku!" Kata salah satu temanku lewat radio.


"Kenapa kau tidak membunuhnya? Kau punya senjata!" Balasku sambil terus membidik dan menunggu momen yang pas.

"Tidak bisa, dia sekutu dari Athena, dia punya hal yang kita butuhkan untuk menghancurkan A......"

Sinyal radio menjadi kacau, aku yakin ini karena Athena. Aku tak bisa menghubungi siapapun. Aku kembali menembaknya, tapi dia segera melompat ke dalam gang. 3 rekanku tetap mengejarnya, mereka melompat ke dalam gang itu. Aku tidak bisa melihat mereka, SIAL!

"Miku, apa kau disana?" Hayato bertanya padaku. Tiba-tiba sinyal kembali normal, tapi firasatku tidak baik.


"Ya-ya, aku masih disini."

"Sial, kami kehilangan dia. Kami akan naik sekarang." Rekanku yang lainnya menghubungiku.

"Cepat keluar dari sana! Disana tampaknya tidak aman!"

"Jangan khawatir, kami akan keluar sekarang."

DOOORF!


Aku mendengar suara tembakan dari radio yang ada ditelingaku.

"Sial, kami diserang! Chou tewas! Ada yang menembak kami! Tetap di posisimu Miku! Kami akan naik"


"Akan kupanggil bantuan!" Hayato ikut panik

"CEPAAAAT!" teriakku

BOOOOM!

Aku melihat ledakan, ledakan yang besar. Rasanya sangat menyakitkan. Aku melihat temanku tewas.

CRRZZZZZ!

Sebuah tembakan datang dari belakangku. Dengan cepat aku menekukkan kepala ke kiri, tembakan itu langsung menghindariku. Aku melihat ke belakang, ada 5 drone udara dan 1 benda yang lupa kusingkirkan, sebuah CCTV.

"Athena..."


Aku menjatuhkan flashbang dan langsung meledak. Disaat itu juga, aku langsung melompat dari gedung itu. Aku melihat jalanan semakin dekat dengan kepalaku.

"Aktifkan Jetpack sekarang!" Sesaat aku langsung terbang menjauhi permukaan.

Saat terbang, aku melihat lokasi rekanku tewas sudah terbakar karena api.

"Hayato, apa bantuan sudah datang?"

"Ya, dia sudah 100 meter darimu."

"Kalau begitu perintahkan mereka untuk menemuiku di taman!"

"Siap!"

Aku lalu terbang ke arah taman yang jaraknya 75 meter dariku.

"MIKU! ADA 10 DRONE TERBANG 20 METER DIBELAKANGMU!" Hayato mengagetkanku saat jarakku sudah 10 meter dari taman.

"Kusso!" Salah satu drone berhasil menembak jetpack yang kupakai, aku tidak bisa mengontrolnya.Aku melepaskannya, lalu aku terjatuh.

"Egh! Sakit sekali!" Aku terjatuh, tubuhku terasa sangat sakit. Drone itu semakin mendekat. Aku tidak bisa bangun dan berdiri.

"TEMBAK MEREKA!" 

Aku mendengar teriakan seseorang, mereka menembaki drone-drone itu. Bantuan akhirnya datang.

"Miku! Jangan khawatir, kami akan menyelamatkanmu! Bertahanlah!" Salah satunya mendekatiku. Tapi aku pingsan saat dia mendekatiku.

Sabtu, 6 April 2045

[06:00]

KRIIIIIIIING!!!!!!!

"Aku sudah bangun!" Aku bangun dan mematikan alarm jamku. Hm, namaku Kagami Hasegawa, 16 tahun. Aku tinggal sendiri dalam apartemen yang kecil di kota Tokyo. Aku selalu bangun pukul 6 pagi berkat jamku. Aku berangkat ke sekolah pukul 7, dan sampai di stasiun pukul 7.10. Aku kelas 2-C, di sekolah nilaiku stabil dan biasa-biasa saja. Aku cukup ahli dalam olah raga kendo. Faktanya, aku pernah menjuarai pekan olah raga nasional berkat olah raga ini. Meskipun hidupku cukup normal, rasanya ada yang masih kurang. Tapi, aku tidak tahu apa. Aku tak terlalu memikirkan hal itu, bagiku waktu yang bakal menjawab hal yang kurang itu.

Pukul 7.30, aku turun dari kereta, sisanya aku cukup berjalan kaki. Saat berjalan aku mendengar sesuatu.

"Jangan ganggu aku!"

"Ayo manis, kita bermain sebentar." Goda orang itu

"Betul, tidak lama." Pria yang lainnya menyahut.

Aku melihat dua orang ingin mengganggu seorang gadis yang terlihat lebih muda setahun dariku. Tanpa pikir panjang aku mengambil balok yang ada di dekat tong sampah. Lalu aku mendekati mereka.

"Yo!" Sapaku pada mereka

"Apa maumu, heh?"

"Tidak banyak, aku cuma mau kau melepaskan orang itu." Balasku dengan santai

"Memangnya kau bisa apa."

"Memukul kepalamu tentunya."

"BRENGSEK KAU!" Salah satunya berlari ke arahku dengan tinjuan di tangan kanannya, dengan mudahnya aku menghindarinya. Aku meluncurkan pukulan dengan balok kayu yang kupegang. Dan dia jatuh tersungkur.

"Berani sekali kau!" Pria lainnya mengeluarkan pisau dan menyerangku, tapi aku lagi-lagi bisa menghindarinya, tapi dia tidak sebodoh orang sebelumnya, dia kembali menyerangku dengan sangat cepat. Aku segera menangkisnya dengan balok kayuku, pisau itu langsung menancap di kayu itu. Melihat ada kesempatan, aku langsung menendang tepat di perutnya, dia lalu jatuh terbaring dan meringis kesakitan.

"Ano, arigattou gozaimasu!" Gadis yang tadi diganggu itu berterima kasih padaku.

"Doitashimashite!" Balasku.

"AWAS DIBELAKANGMU!" Gadis itu tiba-tiba berteriak, dan aku tahu kenapa dia berteriak. Aku langsung berbalik dan mengirimkan pukulan dengan balok ke belakang. Tapi pria itu menahannya dan menggenggam balok yang masih kupegang itu.

"KAU! LARI! CEPAT!" Teriakku memerintahkan gadis itu lari. Dia segera berlari dan menjauh dari tempat itu. Kini dia aman, tapi aku tidak.

Saat aku ingin menendang pria yang menahan balok itu, pria lainnya dengan cepat meninju tepat di wajahku. Pukulannya sangat keras, aku terhempas ke belakang. Balok yang kupegang terlepas dari tanganku, pria yang memukulku mencabut pisau yang masih menancap di balok kayu. Dia mendekatiku.

"Haha, lihat si jagoan kecil terjatuh. Rasakan ini!" Dia menendang perutku, sakit sekali.

"Aku masih belum puas!"

Mereka menendang perutku sekali lagi, aku langsung tiarap dan menutup bagian belakang kepalaku.

"Ma-Maafkan aku!"

"Apa? Kau mau lagi? Oke!"

Saat dia bersiap menendangku lagi tiba-tiba aku mendengar sesuatu.

"Berhenti memukul Kagami-kun!" Seorang gadis berteriak dan berlari ke arah kami. Salah satu maju kearahnya dan memberikan gadis itu pandangan meremehkan. Gadis itu langsung memberikan tendangan gunting pada orang itu, pria itu langsung kalah.

"Gadis sialan!" Pria yang tadi menendangku menyerang gadis itu dengan pisau dan bersiap menikamnya. Tapi gadis itu menghindarinya lalu dia menendang wajahnya, pria itu. Pria itu bangun lagi tapi gadis itu dengan cepat meninjunya. Kedua pria itu kabur karena ketakutan. Gadis itu membantuku berdiri.

"Apa kau baik-baik saja, Kagami-kun?"

"Ugh, iya, aku baik-baik saja." Aku berusaha jalan.

"Sini, biar aku bantu kau berjalan. Kau harus ke UKS!"  Dia membantuku berjalan. Selama perjalanan, aku menceritakan apa yang terjadi.

Dia membawaku ke UKS sekolah, dan mengobatiku.

"Hm, untung aku datang membantumu, kalau tidak apa yang akan terjadi?" Kata gadis itu mengobatiku.

"Egh, itu sakit, Ai!" Kataku kesakitan. Gadis yang menolongku adalah Ai Izanami, 16 tahun. Dia siswa kelas 2-A. Dia adalah saingan terbesarku di sekolah. Dia sangat populer di sekolah, itu karena dia pernah juara karate di pekan olah raga nasional makanya dia adalah sainganku karena aku juga adalah juara kendo di pekan olahraga nasional.Dia anak yang pintar beda denganku yang hanya mencapai nilai rata-rata, nilainya cukup bagus setiap ujian. Dan hanya karena dia cantik dan manis dengan rambut twintailnya, aku tak akan tertarik padanya.

"Heh, jangan bergerak, bodoh." Ai mencoba membersihkan darah yang ada di hidungku karena mimisan. Saat dia membersihkannya dengan tissu, tiba-tiba pipinya memerah. Rasanya terganggu saat melihat ekspresi itu.

"Aku bisa membersihkannya sendiri!" Aku menyingkirkan tangannya dari hidungku. Aku lalu membersihkan hidungku dengan tissu.

"Tak usah sekasar itu! Lagipula kau lupa memberikan sesuatu padaku!" Ai mengeluarkan suara kasarnya. Aku tidak mengerti apa maksud kalimat "memberikan sesuatu".

"Sesuatu? Apa itu? Rasanya aku tak perlu memberikan sesuatu! Beritahu aku!"

"Payah kau! Maksudku kau belum berterima kasih!"

"Oooohh... Oke, arigattou gozaimasu!" Jawabku cuek.

"Heh! Terdengar tidak bersungguh-sungguh saat kau mengatakannya!"

"Ya-ya-ya, terserah. Oke, aku pergi ya. Bye!" Aku pergi keluar UKS.

"Kau mau kemana?"

"Kau tak perlu tahu." Aku berjalan meninggalkannya.

"BAKA!" Kata Ai kesal. Aku cuma mengacungkan 2 jari padanya dan tetap terus pergi. Aku naik ke atap sekolah karena malu dengan wajahku yang babak belur.

"Kenapa anak itu membawaku ke sekolah dengan wajah seperti ini? Baka Ai!" Keluhku sambil berbaring di taman yang ada di atap sekolahku.

"Kenapa aku melakukan itu? Ini tidak seperti aku yang biasanya. Dan si Ai itu, sok jagoan!" Aku merasa menyesal karena menolong orang, tapi aku juga berpikir kalau aku tak menyelamatkan gadis itu, hal buruk akan terjadi padanya, jadi aku memang harus melakukan itu.

"Aku tak tahu harus melakukan apa di dunia, planet ini terlalu aneh, sepertinya aku tak punya cita-cita" Aku terus berbicara sendiri hingga aku tertidur.

[SEMENTARA ITU]

Ai pergi ke kelas Kagami, 2-C. Dia melihat bagian dalam kelas lewat jendela.

"Kemana anak itu?" Ai terus melihat ruang itu.

"Nee, suamimu tak ada, kemana dia?" Ai dikejutkan oleh dua teman dekatnya, Mayu dan Hana.

"Dia tidak ada. Heh! Mayu! Dia bukan suamiku!" Wajah Ai memerah.

"Oh iya. Mayu, kau salah, Kagami bukan suaminya, tapi pujaan hatinya!" Hana ikut menyahut. Banyak orang melihat ke arah mereka bertiga.

"Hana! Mayu! Ayo pergi!" Ai langsung menarik kedua temannya ke kelasnya. Tak lama kemudian, alarm masuk berbunyi.

[BEBERAPA JAM KEMUDIAN]

"Hooooaaaaammm! Heh, ternyata tidur pagi itu rasanya enak juga." Aku terbangun dari tidur singkatku. Aku melihat jam, ternyata baru istirahat.

"Kagami-san, haruskah aku ke kelas?" Aku bertanya pada diriku sendiri.

"Oke, aku pergi."  Sebenarnya, aku tidak mau ke kelas dengan wajah seperti ini, aku pasti akan diejek habis-habisan. Tapi, Ai sudah membawaku ke tempat ini, jadi aku harus ke kelas.

Aku berjalan di koridor dan orang-orang memandangiku heran. Ini sangat mengganggu, aku segera berlari ke kelas dengan rasa malu. Sesampainya di kelasku, teman-temanku memberiku pandangan yang sama dengan yang tadi.

"Kagami-san, apa yang terjadi dengan wajahmu?"

"Wah, kau tampak seperti badut dengan luka itu."

"Haha, itu tampak menggelikan!"

"Hei jangan tutupi lukamu, kami ingin menertawakannya!"

Itu beberapa kalimat yang kudengar dari mereka. Aku ditertawakan karena luka memar di wajahku ini, aku cuma bisa menutupi wajah ini. Kesabaranku habis gara-gara mereka. Aku langsung berdiri dari kursiku.

"DIAM KALIAN, BAJINGAN! HARUSNYA KALIAN PEDULI PADAK, BUKAN MENGHINAKU!" Teriakku pada mereka. Aku melihat Ai berjalan melintas di depan kelasku, aku segera keluar dari kelas dan memanggilnya.

"OY! AI!"

"Apa?" Dia berhenti berbalik ke arahku. Aku langsung mendekatinya.

"Karena kau, banyak orang mengejekku."

"Kenapa kau menyalahkanku?"

"Karena kau membawaku ke sekolah dengan wajah seperti ini!"

"Apa?! Kau harusnya bersyukur karena aku menolongmu! Lagipula, sekolah punya UKS jadi aku bisa mengobatimu!"

"Bersyukur?! Kau menciptakan salah satu hari terburuk dalam hidupku!!"

"Kalau aku tidak menyelamatkanmu tadi, kau mungkin tidak dapat melihat hari esok!'

"Untuk apa kau menyelamatkanku, kau tidak perlu melakukannya! Aku bisa melindungi diriku sendiri!

Banyak orang melihatku bertengkar. Lalu teman Ai, Mayu dan Hana datang.

"Oy, suami dan istri tak boleh bertengkar!"

"Apa?! Dia tidak akan menjadi istriku!! Aku takkan mencintainya!!"

Tiba-tiba Ai menamparku, dia langsung pergi meninggalkanku diikuti 2 teman dekatnya. Banyak orang mengerumuniku dan mengecamku karena sudah membentak Ai. Hari itu kulalui dengan penuh tekanan mental. Aku tidak pernah membayangkan kalau hari ini bakal menjadi hari terburuk dalam hidupku.

[20:15]

Aku akhirnya melalui salah satu hari terburuk dalam hidupku.

"Huuaaahh... Akhirnya hari yang mengerikan ini berakhir... Syukurlah...!" Saat aku berkata syukurlah, aku langsung teringat dengan Ai. Mungkin aku terlalu keras padanya. Tapi masa bodoh, dia itu anak yang kuat, jadi tak usah khawatirkan dia. Saat berjalan aku melihat 3 orang di persimpangan jalan.

"Geehh... Tidak lagi... Ini tidak mungkin" Aku melihat 2 orang pria mengepung seorang gadis. Gadis rambutnya pendek, tubuhnya rata-rata, dan memakai seragam sekolah yang sama denganku. Dia cuma santai menatap orang itu. Tapi kali ini aku tidak menolongnya, aku segera berbelok ke kiri, dan menghiraukannya. Tapi, hati ini memaksaku untuk menolong gadis itu.

"RASAKAN INI!" Aku berlari ke arah mereka, aku langsung memberikan tendangan ke perut salah satu pria. Dia langsung terhempas dan aku dengan cepat menangkap pukulan pria lainnya, aku segera menabrakkannya ke tembok. Mereka berdua berhasil kujatuhkan. Aku segera meraih tangan gadis itu, kubawa dia lari dan kami berbelok ke arah kanan. Kami lalu bersembunyi dalam jalanan yang gelap karena tak memiliki lampu jalan.

Dua orang itu bangun, dan mencari kami. Beruntung mereka tidak berbelok ke arah kanan, tapi terus berlari melewati kami.

"Hah... Hah... Untung kita berhasil kabur... Apa kau baik-baik saja?" Dia tidak menjawab pertanyaanku. Dia cuma menunduk tanpa ekspresi sama sekali.

"Halo, apa kau sakit?"

"Kau dalam bahaya..." Dia langsung melontarkan kalimat itu dengan suara kecil dan lemah.

"A-Apa maksudmu??" Aku terkejut mendengar kata-katanya. Apa maksud kalimat dia tadi?

[TO BE CONTINUED]

Info:

Flashbang: Granat cahaya.

2 komentar: