source
Ambisi Italia untuk menjadi negara pertama yang menyabet empat gelar Piala Dunia buyar pada 17 Juli 1994 di Pasadena, Amerika Serikat.
Jutaan pendukung La Nazionale bersuka cita ketika dua gol Roberto Baggio menghentikan laju Bulgaria di semi-final kejuaraan antarnegara paling prestisius ini. Harapan mengangkat trofi untuk kali keempat pun membuncah.
Final Piala Dunia 1994 BRASIL 0-0 (3-2) ITALIA |
17 Juli 1994 Rose Bowl, Pasadena Amerika Serikat Wasit: Sandor Puhl (Hongaria) |
Penalti: BRA: Marcio Santos (ditepis), Romario, Branco, Dunga. ITA: Baresi (gagal), Albertini, Evani, Massaro (ditepis), Baggio (gagal) |
Brasil: Taffarel, Jorginho (Cafu, 21'), Mauro Silva, Branca, Bebeta, Dunga, Zinho (Viola, 106'), Romario, Aldair, Marcio Santos, Mazinho. Pelatih: Carlos Alberto Parreira Italia: Gianluca Pagliuca, Antonio Benarrivo, Paolo Maldini, Franco Baresi, Roberto Mussi (Luigi Apolloni, 34'), Roberto Baggio, Demetrio Albertini, Dino Baggio (Alberigo Evani, 95'), Nicola Berti, Roberto Donadoni, Daniele Massaro.Pelatih: Arrigo Sacchi |
Gli Azzurri kemudian ditantang Brasil di partai puncak, yang menjadi laga klasik setelah keduanya bertemu di final 1970 di mana Selecao keluar sebagai kampiun. Kedua tim yang tampil ngotot sejak menit awal tak mampu menjebol gawang lawan sehingga skor imbang tanpa gol pun bertahan sampai wasit asal Hongaria Sandor Puhl meniup peluit akhir. Artinya, penentuan pemenang harus dilanjutkan hingga ke drama adu penalti - ini untuk kali pertama terjadi di sepanjang sejarah Piala Dunia.
Pendukung Italia baik yang di Pasadena maupun belahan dunia lainnya harap-harap cemas ketika Il Capitano Franco Baresi yang menjadi eksekutor pertama bagi skuat Arrigo Sacchi gagal menceploskan bola ke gawang Taffarel. Sepakan Baresi, yang di pertandingan tersebut harus menepi sejenak akibat cedera, melambung jauh di atas mistar.
Sementara di kubu Brasil, meski juga gagal di tendangan pertama yang dilakukan Marcio Santos, melaju mulus pada tiga penendang berikutnya oleh Romario, Branco dan Dunga. Tiba saatnya Baggio melangkah ke kotak penalti. Dialah yang akan menjadi penentu siapa yang bakal menjadi negara pertama yang mengenakan empat bintang dalam jersey mereka. Inilah momen kunci untuk menjadi pemenang atau pecundang.
Beberapa detik kemudian…
Seluruh pemain, tim medis, staf, dan pelatih langsung berhamburan ke lapangan yang diiringi sorak sorai ribuan pendukung setelah eksekusi Baggio selesai. Tapi ternyata, suka cita itu justru tidak keluar dari mereka yang mengenakan seragam biru, warna kebanggaan timnas Italia.
Ya, Baggio, yang menjadi pahlawan di laga sebelumnya gagal mewujudkan mimpi masyarakat Italia. Sepakan Baggio -- yang melanjutkan pertandingan dengan suntikan penahan rasa sakit akibat cedera hamstring -- juga tidak tepat sasaran, kembali jauh melambung melewati mistar mirip seperti yang dilakukan Baresi pada kesempatan pertama.
Jika tim kuning bersorak gembira, lain halnya dengan Si Biru yang menangis pilu. Tangis Baresi pecah, Baggio hanya tertunduk lesu dan pemandangan itu masih terus menjadi mimpi buruk Italia, walau telah terlewati 19 tahun lamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar