Kamis, 23 Mei 2013

Cerpen : Lari atau Mati


   18 Desember 2018, Robbie terbangun di pagi yang dingin itu. Dia heran istrinya, Jesse, tidak membangunkannya untuk bekerja. Jesse memang selalu membangunkannya untuk bekerja, karena dia sulit untuk bangun pagi. Dia melihat jam, 7.34, "Oh sial, aku pasti kan dipecat, sial!!!", gumamnya. Di semakin bingung karena istrinya itu pergi entah kemana. Dia berjalan masuk ke kamar anaknya, "Bangun, ini sudah pagi, nona muda!" Robbie berusaha membangunkan anaknya, Casey. "Baik Ayah...". "Waktunya ke Sekolah, cepat mandi" perintahnya agar anaknya mandi. Tiba-tiba terdengar suara ribut di dapur. Yang dipikir Rob pertama kali adalah kucing datang mengacau, atau itu istrinya. Awalnya dia merasa lega istrinya tidak kemana-mana. Tapi saat dia masuk ke dapur, dia langsung terkejut melihat istrinya sudah menjadi mayat hidup. "Jesse! Apa yang terjadi padamu!" . Istrinya langsung menyerangnya, tapi Rob mampu menghindar. Anaknya masuk ke dapur , "Kenapa Ayah dan Ibu bertengkar?" Casey mulai menangis. "Dia bukan Ibumu!". Casey di bawa lari Ayahnya menuju lemari, di mengambil sebuah sekop. Saat pintu dibuka, tiba-tiba Jesse menyerangnya, dia hampir menggigit bahunya. Robbie berhasil mengambil palu, memukul kepalanya, dan berhasil membunuh istrinya. "Ibu jahat!" Casey menangis, "dia bukan Ibumu!!" Robbie membuat anaknya tambah sedih, "Ayo keluar dari sini, disini tidak aman." 



Saat keluar, dia melihat pemandangan mengerikan didepan matanya, mayat berserakan di jalan, teriakan terus terdengar. Tiba-tiba sahabat Frank datang mengendarai mobil Van, dia juga bersama Greg, "Ayo! Cepat naik! Ini senjata untukmu! Ambil!" kata Frank sambil memberikan senapan padanya. "Kemana kita kan pergi?". "Kita kan pergi kesini", Frank menunjuk nama Hillingdon, London. "Tunggu sebentar! Mengapa harus Hillingdon?" Tanya Robbie. "Itu satu-satunya alat transportasi yang mampu mengeluarkan kita dari Inggris, 2 hari lagi Inggris akan dihancurkan", "Aku mendapatkan informasi ini dari 
E-mailku, jadi kita akan pergi ke Prancis, virusnya belum menyebar keluar Inggris. Kita semua akan melalui jalan alternatif. Apa kau mengerti Rob??!" Frank berusaha membuat Robbie mengerti. Robbie cuma bisa menerima perkataan sahabatnya, karena tak tahu harus pergi ke mana. Akhirnya mereka semua pergi ke London.
   Sementara di London, pengawasan super ketat dilakukan. London sudah dipagari tembok, mereka melakukan scan terhadap siapa saja yang masuk ke kota. Mata, mulut, semuanya discan. Tiba-tiba saja beberapa orang dinyatakan tak dapat memasuki kota karena terinfeksi. Meski begitu, mereka tetap memaksa diizinkan, bahkan beberapa orangtelah menjadi mayat hidup. Meski mampu ditembak mati, pemerintah kota terpaksa harus memblokir akses masuk kota. Orang yang belum discan memprotes karena merasa tak adil, pemerintah mengancam akan menembaki mereka jika tidak pergi dalam waktu 10 detik, mereka berlarian karena ketakutan. Meski dianggap aman, ternyata London juga telah terinfeksi, kecuali di gedung Parlemen dan istan Buckingham.



   Kembali pada Robbie dkk, tersisa 6 km lagi menuju London. Tiba-tiba mereka mendengar suara tembakan ban mobil mereka meletus. Disekitar situ tampaknya tak ada mayat hidup. Tak lama kemudian mereka ditembak bius, mereka semua pingsan tanpa tahu apa yang menyerang mereka.



   Robbie terbangun di ruangan dengan banyak orang bertopeng tengkorak di sekitarnya, dia sudah duduk di sebuah kursi, sementara tangannya terikat rapat. Dia melihat anaknya dan teman-temannya masih tak sadarkan diri. Sebuah senter disorotkan padanya, seseorang bersama temannya bertanya padanya, "Apa tujuanmu melintasi zona hijau??!", tanyanya. "Apa maksud kalian, kami cuma melintasi jalan alternatif!". Orang itu menendangnya, lalu mengulang pertanyaannya. Itu terjadi berkali-kali. Setelah beberapa kali ditanya, dia akhirnya menjelaskan kalau mereka cuma orang yang sedang melakukan perjalanan dengan melalui jalan alternatif. Karena belum juga percaya, mereka mengira Robbie dan lainnya adalah penyusup. 



   Dia kembali menginterograsi, namun berhenti karena persembunyian mereka diserang mayat hidup. Satu per satu dari kelompok itu mati. Tersisa tujuh orang ditambah Robbie dkk yang masih hidup. Mereka semua akhirnya berlari masuk ke dalam mobil van Frank. Dua orang malah berhenti untuk mengambil satu box senjata, namun mereka berdua meninggal. Box itu sangat dekat dengan mobil. Salah satu orang kembali ingin mengambil box itu. Saat dia berhasil mengambil box, bahunya digigit, namun masih bisa diselamatkan. Mereka akhirnya berhasil melarikan diri dan melanjutkan perjalanan ke London, tersisa 9 jam lagi menuju peledakan Inggris.
   Di London, para petinggi pemerintahan, telah sampai di bandara untuk keluar. Sudah banyak orang yang melarikan diri dari Inggris. Bandara di jaga ketat, pagar-pagar dipasang di sekeliling untuk mencegah mayat hidup memasuki area itu. Meski begitu, kekuatan mayat berjalan itu jauh diatas pagar penghalang tersebut. Bandara betul-betul diserang!
   

   Kembali ke konvoi Robbie, mereka sudah memasuki London, tembok yang sebelumnya kokoh menahan para mayat hidup, sudah hancur. Kota London menjadi mati. Yang tersisa  hanya pasukan militer yang sibuk menahan monster-monster tersebut.

   Tentara-tentara tersebut tak begitu memperhatikan mereka. Frank terus memacu mobilnya, karena bila berhenti sama saja dengan mati. Selama perjalanan, mereka saling memperkenalkan diri, mereka Crane, Flint, Mark, Johnny, serta komandan mereka Jack. Jack menjelaskan pada Robbie dkk kalau mereka sudah tahu soal ini tapi tak memiliki biaya untuk keluar dari Inggris. Dia juga memberitahu kalau ini ulah pemerintah, mereka mencoba menciptakan senjata biologis, namun gagal karena semua kelinci percobaan mereka melarikan diri dan menginfeksi seluruh gedung riset yang berada di bawah tanah Spelthorne. Dia juga memberitahu kalau virus cuma bisa pindah lewat gigitan. Flint yang sudah terinfeksi memerintahkan untuk dibunuh agar tidak menjadi mayat hidup, tapi permintaannya ditolak. Dia menambahkan bahwa cuma Inggris wilayah tenggara yang dimusnahkan, karena virus belum menjangkit seluruh Inggris.
   Casey yang terus diam sejak berangkat ke London akhirnya bertanya pada ayahnya, "kita akan pergi dari sini?", ayahnya cuma menjawab, "yap, setelah itu kita bisa jalan-jalan kemana saja yang kau mau," anaknya dengan polos bertanya, "ada apa dengan Ibu?". Ayahnya cuma terdiam oleh anaknya. Akhirnya mereka sampai di bandara Heathrow yang sudah tampak hancur, meskipun hanya sedikit. "Ini dia bandara Heathrow, kita harus menjadi penumpang gelap," kata Frank dengan santai, tapi ternyata dugaannya salah karena bandara telah lumpuh total. Mereka akhirnya dengan putus asa mengelilingi lapangan untuk melihat tanda kehidupan. Crane dan Mark memutuskan untuk memeriksa bandara untuk mencari orang yang masih, Flint memutuskan untuk ikut dengan mereka.
   Tak lama kemudian, mereka semua berlarian keluar, dengan membawa beberapa orang yang selamat yang ternyata adalah ratu, beberapa menteri, seorang pilot, co-pilot dan  9 orang tentara. Crane, Flint, Mark, dan tentara tersebut memutuskan berhenti berlari untuk menahan serbuan mayat hidup. Saat sibuk menembak,  Flint sudah menjadi zombie dan menggigit Mark. Crane menembak Flint tepat di kepalanya, dan membunuhnya saat itu juga. Mayat hidup seperti tidak habis. Satu persatu dari mereka terbunuh. Crane yang sudah tergigit memutuskan untuk membakar seluruh dinamit yang mereka punya di ransel dan box senjata, meledakkan mereka semua dan sebagian besar mayat hidup tersebut
   Sementara itu Robbie dkk memutuskan menumpang di pesawat super-jet bersama ratu. Mereka dengan mudah lepas landas, meninggalkan Inggris dan selamat. 7 Jam kemudian, Inggris dihujani bom nuklir yang melenyapkan kehidupan di Inggris wilayah tenggara.



Itulah Cerita Karangan Pertamaku, Cukup Buruk kan?

1 komentar: