Rabu, 09 Oktober 2013

Mari ke Sul-Sel! Part 5

Sumber

Watampone. Inilah kota administratif yang merupakan ibukota kabupaten Bone. Di Indonesia, nama ibukota kabupaten yang berbeda dengan nama kabupatennya relatif jarang. Kalau suruh menyebutkan contoh lain di Jawa, saya cuma bisa menyebut Purwokerto (ibukota kabupaten Banyumas), Purwodadi (ibukota kabupaten Grobogan), Wonosari (ibukota kabupatenGunungkidul), serta Wates (ibukota kabupaten Kulonprogo). Mana lagi yang lain ya?
Kota Watampone bisa dibilang tidak terlalu besar. Terlebih kalau dibandingkan kabupaten-kabupaten di Jawa. Pembangunan belum merata sih ya. Tapi.. tapi nih ya (ciyus penting).. di sini udah ada Planet Surf! Entah distro fashion dan beach wear kegemaran kawula muda itu yang sudah terlalu besar hingga punya cabang di mana-mana, atau emang Watampone sendiri yang sudah menggeliat jadi kota yang diperhitungkan. Entah yang mana.. Hehe..
Kalau ada notulensi yang perlu dicatat dari Watampone untuk Indonesia, tak lain dari kota inilah Haji Kalla dan istrinya Athirah Kalla, mendirikan usahanya. Kepiawaian dagang turunan Bugis makin terbukti setelah kepemimpinan sang putra, Muhammad Jusuf Kalla (ya,  mantan wakil presiden RI ke-10 nan taktis itu), usaha tsb sekarang menjadi grup usaha paling jaya di Indonesia Timur. Di Watampone, ketua umum PMI dan Dewan Masjid Indonesia itu dilahirkan. Dan jujur, meski saya sangat tidak suka politik, tapi pak JK adalah salah satu politisi yang saya kagumi dan apresiasi tinggi.
Masjid Raya Watampone
Di Watampone, pekerjaan selesai menjelang waktu Dhuhur. Saya pun berkesempatan untuk sholat di masjid terbesar di kota ini.
masjid raya watampone 3
Masjid Raya Watampone. Peninggalan Kerajaan Bone yang menjadi saksi sejarah perkembangan pesat agama Islam di tanah Bugis. Konon bangunan masjid ini berada tepat di tengah-tengah kota Watampone. Bangunannya yang megah menjadi kesejukan tersendiri di tengah cuaca Watampone yang bikin gerah.
masjid raya watampone 7
Tiang penyangga yang berdiri indah dan kaligrafi tertulis di mistar penghubung antar tiang. Sejuk lagi berada di dalamnya. Pokoknya nyaman deh sholat di sini :)
Selepas sholat dhuhur, saya segera berkemas menuju kota Palopo. Sebenarnya sayang sih karena masih ada objek wisata menarik di Watampone, yakni Gua Mampu (gua terbesar dan terindah di Sulawesi Selatan). Apa daya, berkejaran dengan waktu pekerjaan. Ya sudah lah, lain kali berkunjung ke Bone, mesti mnyempatkan ke Gua Mampu. Saat ini, perjalanan dilanjut dulu. Terima kasih banyak Bone, terima kasih Watampone!
Sop Saudara
Di perjalanan antara Watampone-Palopo, perut mulai berbunyi nih. Lavaar. Untunglah di pinggir jalan ada warung makan, dan pas sekali manjajakan kuliner yang belum sempat saya coba selama di Makassar.
sop saudara
Sop saudara! Hidangan sop saudara ini mirip-mirip dengan coto dari bahan dan kuahnya, hanya saja ditambah campuran ikan (biasanya bandeng). Perbedaan lain, sop saudara lebih cocok dimakan bareng nasi. Rasanya? Wiiih… nyaaam…. tak butuh waktu lama untuk melahap habis masakan lezat satu ini.
harga per porsi : 12.000
**
Perjalanan dari Watampone dan Palopo butuh waktu sekitar 5 jam. Jalan yang dilalui bikin capek baik sopir maupun penumpang. Tidak stabil, kadang muluus, tapi tiba-tiba rusak bergelombang. Gabungan antara banyaknya kendaraan besar yang lewat (truk pemasok sembako maupun bahan bangunan), serta kondisi permukaan tanah yang memang susah untuk berteman dengan aspal. Mobil yang tengah melaju kencang pun bisa tiba-tiba loncat tinggi. Untung pak sopirnya tangkas dan sudah hafal medan. Jadilah kami sampai dengan selamat dan tunggu cerita petualangan saya di kota berikutnya, Palopo :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar